Tahun Baru Islam yang Dilupakan
Aneh tapi nyata itulah kenyataanya. Sebagian besar umat Islam saat ini
ini lebih mengetahui tahun baru Masehi (1 Januari), ketimbang tanggal 1
Muharram (bulan Hijriah) yang merupakan tahun baru umat Islam. Bahkan
kalau ditanya urutan bulan masehi dengan bulan hijriah, lebih hapal
bulan masehi. Tragis!!!
Lebih dari itu, yang lebih menyesakan dada, pemahaman serta pola pikir
mengenai tahun baru Islam ini, telah meracuni generasi umat Islam dewasa
ini. Sehingga tidak terlalu berlebihan, ketika perayaan tahun baru
Islam yang jatuh pada Kamis 15 November 2012 mendatang, sebagian besar
umat Islam hanya berdiam diri dan tidak
melakukan sesuatu yang istimewa dalam perstiwa akbar tersebut.
melakukan sesuatu yang istimewa dalam perstiwa akbar tersebut.
Kondisi ini berbanding seratus delapan puluh derajat, bila dibandingkan
ketika kedatangan tahun baru masehi. Ribuan bahkan jutaan umat manusia
di seantoro dunia ini dibuat sibuk minta ampun, untuk memeriahkan pesta
pora yang tidak jelas itu. Bahkan berbagai acara dan kegiatan pun turut
memeriahkan kedatangan awal tahun itu
yang sifatnya materialistis dan hedonis. Konvoi kendaraan bermotor pada malam tahun baru Januari selalu membuat jalan raya padat merayap. Pesta kembang api dan berbagai konser musik, bahkan pesta esek-seks, mabuk-mabukan, dan berbagai kemaksiatan lainnya pun turut disuguhkan dan dinikmati pada satu malam tersebut. Ironisnya lagi, yang terbuai untuk melakukan hal itu ternyata umat Islam sendiri. Mereka telah dijejali berbagai macam virus yang telah merusak otaknya, untuk menyimpang dari ajaran Islam, untuk mengikuti ajaran ajakan setan yang terkutuk.
Lalu pertanyanya, apa yang dilakukan dalam menyambut tahun baru Hijriah
ini? Padahal bila menengok sejarah masa lampau, tahun hijriah ini telah
tercatat dalam sejarah tinta emas. Historisnya, pada waktu itu Nabi
Muhammad SAW tengah berhijrah dari kota Mekah ke Madinah untuk membangun
kekuatan Islam. Di sinilah bisa
dikatakan titik awal kebangkitan umat Islam dalam menyebarkan agama ke seluruh pelosok penjuru dunia. Karena bila ditelisik lebih mendalam, 1 Muharram merupakan awal untuk perubahan saat proses hijrah berlangsung. Hijrah sendiri menurut etimologi artinya berpindah. Sedangkan menurut terminologi, mengandung dua makna, yakni hijrah makani dan hijrah maknawi. Hijrah makani bisa dikatakan hijrah secara fisik berpindahnya dari suatu tempat yang kurang baik menuju yang lebih baik. (dari negeri kafir menuju negeri Islam). Namun secara nonfisik hijrah mengandung makna, berpindah dari nilai yang buruk menuju nilai yang lebih baik.
dikatakan titik awal kebangkitan umat Islam dalam menyebarkan agama ke seluruh pelosok penjuru dunia. Karena bila ditelisik lebih mendalam, 1 Muharram merupakan awal untuk perubahan saat proses hijrah berlangsung. Hijrah sendiri menurut etimologi artinya berpindah. Sedangkan menurut terminologi, mengandung dua makna, yakni hijrah makani dan hijrah maknawi. Hijrah makani bisa dikatakan hijrah secara fisik berpindahnya dari suatu tempat yang kurang baik menuju yang lebih baik. (dari negeri kafir menuju negeri Islam). Namun secara nonfisik hijrah mengandung makna, berpindah dari nilai yang buruk menuju nilai yang lebih baik.
Tepatnya dari kebathilan menuju kebenaran atau dari moral bangsa yang
buruk menuju bangsa yang bermoral. Bahkan makna berpindah itu sendiri
mempunyai makna yang besar. Ini bisa juga diartikan perubahan. Sebab
bila prilaku sudah berubah menjadi baik, maka akan datang pertolongan
dari Allah SWT, berupa kemuliaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Maka
bila dikaitkan dalam konteks berbangsa dan bernegara, perubahan amatlah
penting. Termasuk seorang calon pemimpin yang berlaga dalam Pemilukada,
hendaknya menjadi teladan dalam kehidupan masyarakatnya. Jadilah
pemimpinan yang tegas, teguh, dan teladan. Seperti Nabi Muhammad dalam
memimpin pemerintahannya. Posisinya beliau sebagai nabi maupun rasul,
patut di contoh pemimpin-pemimpin sekarang. Sosok seorang pemimpin yang
arif dan bijaksana dan tidak pernah banyak mengumbar janji.
Kembali lagi kepersoalan, di bagian lain juga kita sebagai kaum
muslimin, patut bersyukur karena masih ada umat Islam masih yang tetap
merayakan tahun baru Islam ini meski dalam bentuk yang sederhana.
Seperti pawai obor, tabligh akbar, dan aktivitas kegiatan keagamaanya
lainnya. Semoga prilaku semacam ini masih bisa dilestarikan dan
dipertahankan, agar dunia ini masih terbentuk (belum kiamat). Dan sang
fajar masih bisa menyinari alam jagat raya, dan cahaya bulan ma.mpu
menerangi alam semesta ini Kesimpulannya, mari kita jadikan 1 Muharram
ini, sebagai wahana untuk evaluasi diri. Agar kita bisa memaknai makna 1
muharram ini bukan hanya sebatas ceremonial belaka, tetapi bisa
menghayati lebih mendalam arti hijrah yang sesungguhnya. Semoga
bermanaan
Komentar
Posting Komentar