Merancang & Mengembangkan Strategi Media Sosial
Ilustrasi (Ist.)
Strategi yang jelas, terarah, terukur, selaras, mengakomodasi produk, layanan, pemasaran dan komunikasi korporasi harus dipertimbangkan dan didesain secara matang setelah persetujuan atas program ini diperoleh dari pihak manajemen.
Terlepas dari industri dimana entitas bisnis tersebut berada, hal ini tentunya harus bersinergi dengan strategi marketing, merk, maupun sejalan dengan tujuan bisnis -- jangka pendek maupun jangka panjang. Di sinilah strategi dan komitmen diperlukan karena pemanfaatan media sosial bukanlah semata 'pekerjaan' belaka.
Seringkali kita 'terkungkung' oleh mindset bahwa social media platform dan tool perlu ditentukan terlebih dahulu, tanpa melihat audiens dari produk maupun layanan yang akan ditawarkan.
Paradigma ini harus diubah. Fakta bahwa konsumen, pembeli, prospek, anggota, pengguna dan pengunjung adalah kelompok terpenting di media konvensional, jelas juga berlaku di media baru ini. Tidak terbantahkan, bukan?
Oleh karena itu, pendekatan dengan menjadikan strategi sebagai prioritas utama -- setelah mengidentifikasi kelompok di atas beserta brand/company value, strategic goal, matriks dan KPI -- barulah diikuti dengan policy, guideline, procedure, serta dilanjutkan dengan pemilihan platform, tool, dan technique.
Berkembangnya Beberapa Tren
Jumlah perusahaan yang menggunakan media sosial menunjukkan tren positif serta alokasi dana (pemasaran dan operasional) oleh entitas bisnis yang telah memanfaatkannya juga semakin meningkat, namun di sisi lain hasil akhir implementasi belum memenuhi harapan para pengguna.
Ke depannya, dengan semakin intensifnya penggunaan media sosial, dapat diperkirakan bahwa riset terhadap kepuasan konsumen menggunakan media digital dan 'social feedback' akan semakin menggeser survei dengan kanal media konvensional. Lebih real-time, spontan dan (cenderung) lebih obyektif.
Selain itu, dengan hadir secara on-line mewakili perusahaan tempatnya bekerja, para karyawan sebenarnya sudah 'go public', sehingga kinerjanya bisa dinilai oleh khalayak umum maupun internal perusahaan itu sendiri.
Banyak pihak mulai menyadari bahwa business intelligence secara umum lebih mudah diperoleh dengan biaya yang lebih terjangkau.
Konsekuensi lainnya adalah dengan semakin riuhnya media ini terutama untuk keperluan marketing dan terutama branding, pemanfaatan untuk aktivitas dan gerakan sosial akan meningkat, khususnya bagi pengumpulan dana dan penggalangan bantuan massal bagi yang tertimpa musibah atau mengalami ketidakadilan, baik hukum, ekonomi maupun sosial.
Right Content in Right Media is King of Kings
Strategi memanfaatkan konten untuk menghadirkan traction dan engagement akun media sosial semakin berkembang. Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan oleh raksasa teknologi General Electric (GE) di Pinterest maupun blognya.
Melihat sejenak akun mereka di jejaring berbasis gambar, kita akan menemukan berbagai insightful infographic, quote, kuis dan konten visual lainnya seputar teknologi dan inovasi berkaitan dengan lini bisnis dan industri mereka.
Konten jenis ini akan membuat pengguna media sosial terutama yang bukan konsumen mereka, tertarik dan mengunjunginya secara berkala.
Bagi yang tidak mengetahui perusahaan ini, saat melihat konten di dua media di atas, dengan semiformal style dan bahasa yang mudah dimengerti, tidak akan merasa bahwa fokus layanan GE ada di segmen corporate.
Selain berperan penting dalam meningkatkan traction dan engagement, konten juga dapat diberdayakan untuk menciptakan company image, komunitas, promosi, persepsi, opini, sampai kepada mind share, lead dan sales.
Bagaimana Memulai?
Pertama, menentukan tujuan jangka pendek dan panjang dan bagaimana agar selaras dengan tujuan perusahaan. Parameter umum yaitu Specific, Measurable, Attainable, Realistic/Relevant, Timely seringkali disebut SMART bisa digunakan dalam fase ini.
Memilih platform. Identifikasi targeted audience, kemudian tentukan layanan yang sesuai, apakah Twitter, Facebook, YouTube, blog, forum dan lainnya. Tidak perlu hadir di setiap layanan baru, apalagi jika konten di berbagai platform tersebut sama. 'Different platform, different content'.
Menyusun daftar kontak. Menentukan akun mana yang perlu diikuti dan dijalin percakapannya, berdasarkan pertimbangan faktor tertentu misalnya influence, inspirasi, kesamaan industri, prospek, potentiality, strategic partnership dan key account customer.
Merancang kalendar editorial. Jenis, jumlah, frekuensi konten apa saja yang akan di share, termasuk jadwal kapan akan di post, sampai dengan bagaimana cara menanggapi feedback oleh para pengguna.
Apabila sudah siap, maka hubungan sosial dengan pengguna lain bisa serta merta mulai dibangun. Terlibatlah dalam percakapan di platform media sosial yang sudah kita tentukan sebelumnya dengan meninggalkan dan membalas komentar serta menjawab pertanyaan yang terlontar.
'Sense of belonging' offline relationship tidak bisa digantikan oleh online relationship. Setidaknya belum bisa ditandingi. Bangunlah networking dan relationship dengan berpartisipasi aktif physical event: seminar, konferensi, gathering, meet-up, festival dan acara lainnya.
Setelah strategi dijalankan kita tentunya ingin mengetahui keberhasilannya. Lakukan review secara periodik. Jangan lupakan taktik. Jika strategi berbicara mengenai ide, gagasan dan konsep untuk mencapai tujuan, maka dengan taktik, kita merencanakan bagaimana strategi bisa dilaksanakan dengan sukses.
Tolak ukur Key Performance Indicator dari sisi kuantitas misalnya bertambahnya jumlah pengguna di Twitter, fans di Facebook, jumlah komentar, ReTweet, reshare, 'Like', jumlah pengunjung dan peringkat situs web, maupun kualitas – bertambahnya jumlah sentimen positif atas merk/perusahaan.
Gunakan matriks dalam menilai KPI. Apabila ada indikator yang belum terpenuhi, maka lakukan analisa mengapa hal tersebut bisa terjadi, kemudian tetapkan langkah perbaikan termasuk kepemilikan tanggung jawab dan tenggat waktunya. Matriks akan mempermudah pengawasan implementasi dan perbaharuilah secara berkala apabila diperlukan.
Komentar
Posting Komentar