Hukum Menyambung Rambut
Seorang perempuan diharamkan untuk menyambut rambutnya dengan rambut
yang najis atau dengan rambut manusia. Ketentuan ini bersifat umum untuk
perempuan yang sudah bersuami ataukah belum baik seizin suami ataukah
tanpa izinnya.
Namun ulama-ulama mazhab hanafi hanya berpendapat makruhnya hal tersebut.
Pendapat beliau-beliau jelas keliru mengingat hadits berikut ini.
Pendapat beliau-beliau jelas keliru mengingat hadits berikut ini.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه
وسلم – قَالَ « لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ ،
وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ »
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dan perempuan yang
meminta agar rambutnya disambung, perempuan yang mentato dan perempuan
yang meminta agar ditato”(HR Bukhari no 5589).
Adanya laknat untuk suatu amal itu menunjukkan bahwa amal tersebut hukumnya adalah haram.
Alasan diharamkannya hal ini adalah adanya unsur penipuan disebabkan
merubah ciptaan Allah. Hal ini juga dikarenakan haramnya memanfaatkan
rambut manusia karena terhormatnya manusia. Pada asalnya potongan rambut
manusia itu sebaiknya dipendam.
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ – رضى الله عنهما – أَنَّ امْرَأَةً
جَاؠَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَتْ إِنِّى
أَنْكَحْتُ ابْنَتِى ، ثُمَّ أَصَابَهَا شَكْوَى فَتَمَرَّقَ رَأْسُهَا ،
وَزَوْجُهَا يَسْتَحِثُّنِى بِهَا أَفَأَصِلُ رَأْسَهَا فَسَبَّ رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ
Dari Asma’ binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
berkata, “Telah kunikahkan anak gadisku setelah itu dia sakit sehingga
semua rambut kepalanya rontok dan suaminya memintaku segera
mempertemukannya dengan anak gadisku, apakah aku boleh menyambung rambut
kepalanya. Rasulullah lantas melaknat perempuan yang menyambung rambut
dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung” (HR Bukhari no 5591
dan Muslim no 2122).
عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ
أَبِى سُفْيَانَ ، عَامَ حَجَّ عَلَى الْمِنْبَرِ ، فَتَنَاوَلَ قُصَّةً
مِنْ شَعَرٍ وَكَانَتْ فِى يَدَىْ حَرَسِىٍّ فَقَالَ يَا أَهْلَ
الْمَدِينَةِ ، أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه
وسلم – يَنْهَى عَنْ مِثْلِ هَذِهِ ، وَيَقُولُ « إِنَّمَا هَلَكَتْ بَنُو
إِسْرَائِيلَ حِينَ اتَّخَذَهَا نِسَاؤُهُمْ » .
Dari Humaid bin Abdirrahman, dia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan saat
musim haji di atas mimbar lalu mengambil sepotong rambut yang sebelumnya
ada di tangan pengawalnya lantas berkata, “Wahai penduduk Madinah di
manakah ulama kalian aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
melarang benda semisal ini dan beliau bersabda, ‘Bani Israil binasa
hanyalah ketika perempuan-perempuan mereka memakai ini (yaitu menyambung
rambut’ (HR Bukhari no 3281 dan Muslim no 2127).
Ringkasnya sebagaimana yang dikatakan oleh penulis Fiqh Sunnah lin Nisa’ hal 413,
“Sesungguhnya seorang perempuan tidaklah diperbolehkan untuk menyambung rambutnya dengan rambut yang lain semisal memakai wig baik dengantujuan menyenangkan suami atau orang lain. Hukumnya adalah haram”.
Disambung dengan bukan rambut orang
Jika rambut disambung dengan bukan rambut manusia namun tergolong rambut
yang suci (baca: tidak najis) maka menurut pendapat yang dinilai
sebagai pendapat yang benar di antara para ulama bermazhab Syafii
hukumnya adalah haram jika perempuan tersebut tidak bersuami. Sedangkan
menurut pendapat yang lain di kalangan ulama-ulama mazhab Syafii,
hukumnya adalah makruh.
Jika perempuan tersebut bersuami maka ada tiga pendapat di kalangan para ulama bermazhab Syafii.
Pendapat yang dinilai paling tepat adalah boleh jika dengan izin suami. Namun jika tanpa izin suami hukumnya haram.
Pendapat kedua, mengharamkannya secara mutlak. Pendapat ketiga, tidak
haram dan tidak makruh secara mutlak (baik dengan izin ataupun tanpa
izin suami).
Sedangkan para ulama bermazhab Hanafi membolehkan seorang perempuan
untuk menyambung rambut asalkan bukan dengan rambut manusia agar rambut
nampak lebih banyak. Mereka beralasan dengan perkataan yang diriwayatkan
dari Aisyah.
Dari Sa’ad al Iskaf dari Ibnu Syuraih, Aku berkata kepada Aisyah
bahwasanya Rasulullah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya.
Aisyah lantas berkomentar,
قالت يا سبحان الله وما بأس بالمرأة الزعراء أن تأخذ شيئا من صوف فتصل به
شعرها تزين به عند زوجها إنما لعن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المرأة
الشابة تبغى فى شيبتها حتى إذا هى أسنت وصلتها بالقلادة.
“Subhanallah, tidaklah mengapa bagi seorang perempuan yang jarang-jarang
rambutnya untuk memanfaatkan bulu domba untuk digunakan sebagai
penyambung rambutnya sehingga dia bisa berdandan di hadapan suaminya.
Yang dilaknat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah
seorang perempuan yang rambutnya sudah dipenuhi uban dan usianya juga
sudah lanjut lalu dia sambung rambutnya dengan lilitan (untuk menutupi
ubannya, pent) [Riwayat ini disebutkan oleh Suyuthi dalam Jami’ al
Ahadits no 43260 dan beliau komentari sebagai riwayat Ibnu Jarir].
Sedangkan para ulama bermazhab Maliki mengharamkan menyambung rambut
tanpa membedakan apakah disambung dengan rambut ataukah disambung dengan
bukan rambut.
Di sisi lain para ulama bermazhab Hambali hanya mengharamkan jika rambut
disambung dengan rambut baik rambut manusia ataupun rambut hewan, baik
dengan izin suami ataukah tanpa izin suami. Akan tetapi mereka
mengatakan bahwa tidaklah mengapa jika seorang perempuan mengikat
rambutnya jika tidak dengan rambut jika ada kebutuhan.
Namun di antara pendapat Imam Ahmad adalah melarang seorang perempuan untuk menyambung rambutnya baik disambung dengan rambut, bulu kambing ataupun tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai hiasan rambut
Namun di antara pendapat Imam Ahmad adalah melarang seorang perempuan untuk menyambung rambutnya baik disambung dengan rambut, bulu kambing ataupun tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai hiasan rambut
Penulis Fiqh sunnah lin Nisa’ hal 413,
“Pendapat yang paling kuat di antara dua pendapat ulama yang ada adalah diperbolehkan bagi seorang perempuan untuk menyambung rambutnya dengan benang sutra, bulu domba ataupun potongan-potongan kain dan benda-benda lain yang tidak menyerupai rambut. Perbuuatan ini tidaklah dinilai termasuk menyambung rambut, tidaklah pula sejenis dengan tujuan orang yang menyambung rambut. Hal ini hanyalah untuk berdandan dan berhias. Menurut Nawawi inilah pendapat al Qadhi ‘Iyadh dan Ahmad bin Hambal”.
Akan tetapi -insya Allah- pendapat yang lebih tepat adalah pendapat ulama yang melarang untuk menyambung rambut secara mutlak dengan benda apapun baik potongan kain ataupun yang lainnya. Hal ini dikarenakan menimbang dua hadits berikut ini.
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ مُعَاوِيَةَ قَالَ
ذَاتَ يَوْمٍ إِنَّكُمْ قَدْ أَحْدَثْتُمْ زِىَّ سَوْءٍ وَإِنَّ نَبِىَّ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الزُّورِ. قَالَ وَجَاءَ رَجُلٌ
بِعَصًا عَلَى رَأْسِهَا خِرْقَةٌ قَالَ مُعَاوِيَةُ أَلاَ وَهَذَا
الزُّورُ. قَالَ قَتَادَةُ يَعْنِى مَا يُكَثِّرُ بِهِ النِّسَاءُ
أَشْعَارَهُنَّ مِنَ الْخِرَقِ.
Dari Qotadah, dari Said bin Musayyib sesungguhnya Muawiyah pada suatu
hari berkata, “Sungguh kalian telah mengada-adakan perhiasan yang buruk.
Sesungguhnya Nabi kalian melarang perbuatan menipu”. Kemudian datanglah
seseorang dengan membawa tongkat. Diujung tongkat tersebut terdapat
potongan-potongan kain. Muawiyah lantas berkata, “Ingatlah, ini adalah
termasuk tipuan”. Qotadah mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah
potongan-potongan kain yang dipergunakan perempuan untuk memperbanyak
rambutnya (HR Muslim 2127).
Tentang hadits ini, Syaikh Al Albani mengatakan,
“Riwayat ini sangat tegas menunjukkan bahwa menyambung rambut dengan bukan rambut baik dengan potongan kain ataupun yang lainnya termasuk dalam hal yang terlarang” (Ghayatul Maram hal 68, cetakan al Maktab al Islami).
Sebelumnya, Ibnu Hajar sudah berkomentar,
“Hadits di atas adalah dalil mayoritas ulama untuk melarang menyambung rambut dengan sesuatu apapun baik berupa rambut ataupun bukan rambut” (Fathul Bari 17/35, Syamilah).
زَجَرَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ تَصِلَ الْمَرْأَةُ بِرَأْسِهَا شَيْئًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang perempuan untuk menyambung rambut kepalanya dengan sesuatu apapun” (HR Muslim no 2126 dari Jabir bin Abdillah).
Komentar
Posting Komentar